TANPA SANKSI: Presiden Jokowi menyatakan bahwa sepak bola Indonesia tidak dikenakan sanksi FIFA buntut tragedi Kanjuruhan Malang -Foto Nett |
TOPRILIS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan menerima kunjungan Presiden FIFA Gianni Infantio di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (18/10/2022).
Pertemuan tersebut rencananya akan dilakukan pada pukul 12.00 WIB.
"Iya, betul (Presiden Jokowi) nanti (bertemu Presiden FIFA) di Jakarta," kata Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin kepada Liputan6.com, Selasa (18/10/2022).
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo akan menemui Presiden Federation Internationale de Football Association (FIFA) Gianni Infantino pada 18 Oktober 2022 untuk membahas transformasi sepak bola Indonesia.
"Presiden FIFA akan datang ke Indonesia kalau tidak ada perubahan 18 Oktober, Bapak Presiden akan bertemu Presiden FIFA untuk membahas transformasi sepak bola Indonesia, surat yang diberikan FIFA ke Pak Presiden itu," kata Erick Thohir di lingkungan istana kepresidenan Jakarta, Selasa, (11/10/2022).
Erick Thohir diketahui bertemu dengan Gianni Infantino di Doha, Qatar pada 5 Oktober 2022. Dalam pertemuan itu Gianni menyebut FIFA siap mendukung sepak bola Indonesia sebagai olahraga paling populer di Indonesia untuk jadi kebanggaan rakyat dan menjadi salah satu pilar yang berkontribusi terhadap kemajuan bangsa.
"FIFA bersama pemerintah, AFC dan PSSI dalam transformasi itu, tinggal kita tunggu saja hasil rapat Presiden FIFA dan Bapak Presiden karena keduanya sudah berkomunikasi, ada beberapa poin sudah disampaikan Bapak Presiden," ungkap Erick.
Beberapa Hal
Pembicaraan pertama adalah bagaimana audit fasilitas lapangan sepak bola di Indonesia.
"Mana stadion (yang) internasional, mana nasional, seperti apa standar nasional, seperti apa standar internasional, tidak lain salah satunya ada CCTV, akses masuk penonton dan pemain tidak boleh bersama," tambah Erick.
Hal kedua adalah adanya latihan bersama, maupun standarisasi keamanan bersama.
"Tentu bersama TNI, Polri, panitia pelaksana supaya semuanya persepsinya sama, supaya jangan saling menyalahkan, apalagi kan kemarin kejadian yang sangat memilukan, memakan korban," ungkap Erick.
Hal ketiga adalah sikap suporter sepak bola itu sendiri.
"Suporter tidak mungkin tidak menjadi bagian transformasi, transformasi keberhasilan Inggris dalam persepakbolaan nasionalnya yaitu ketika suporter menjadi bagian transformasinya, ada detail-detailnya, salah satunya bagaimana membentuk 'database' bersama," tambah Erick.
Jadi Alat Pemersatu
Dengan perubahan sikap suporter tersebut, menurut Erick, sepak bola seharusnya dapat menjadi alat pemersatu, bukan malah memakan korban antarsuporter.
"Keempat, bagaimana jadwal pertandingan itu harus sesuai dengan kesepakatan berbagai pihak, misalnya musim depan bulan ini sampai bulan, dan izinnya satu atap sudah selesai, tidak boleh ada pergeseran sehingga mungkin keamanan tidak siap, atau masyarakat malah mengalami kemacetan total karena ada pertandingan sepak bola," ungkap Erick. (liputan6.com/Gun)