TERANCAM RESESI: OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksi minyak -Foto Nett |
TOPRILIS.COM, LONDON - Keputusan kelompok produsen minyak dunia, OPEC+, untuk memangkas produksi minyaknya dapat menjerumuskan ekonomi global ke dalam resesi. Hal tersebut disampaikan organisasi pengawas energi internasional, Badan Energi Internasional (IEA), pada Rabu (12/10/2022).
IEA bermarkas di Paris, Perancis, dan anggotanya terdiri atas negara-negara konsumen energi utama termasuk AS, sebagaimana dilansir Reuters.
“Kemerosotan ekonomi yang tak henti-hentinya dan harga yang lebih tinggi yang dipicu oleh rencana OPEC+ untuk memangkas pasokan memperlambat permintaan minyak dunia,” kata IEA dalam laporan bulanannya.
“Dengan tekanan inflasi yang terus menerus dan kenaikan suku bunga, harga minyak yang lebih tinggi dapat membuktikan titik kritis bagi ekonomi global yang sudah di ambang resesi,” sambun IEA.
Peringatan dari IEA tersebut menyoroti keretakan dengan Arab Saudi selaku pengekspor minyak utama dunia sekaligus pemimpin de facto OPEC.
IEA mengatakan, pasokan aktual kemungkinan akan sekitar 1 juta barel per hari.
Atas keputusan pemangkasan minyak dari OPEC+, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) akan menjadi negara yang paling banyak melakukan pengurangan.
Di sisi lain, sanksi-sanksi baru dari G7 dan Uni Eropa terhadap sektor energi Rusia dapat semakin memperketat pasokan minyak global.
Diberitakan sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa akan ada konsekuensi untuk hubungan Arab Saudi dan AS setelah OPEC+ mengumumkan pemangkasan produksi minyak.
Hal tersebut disampaikan Biden dalam sebuah wawancara dengan CNN, Selasa (11/10/2022).
Kendati demikian, Biden tidak membahas opsi apa yang dia pertimbangkan untuk hubungan tersebut.
Sebelumnya, OPEC+ mengumumkan rencana pemangkasan produksi minyak pada pekan lalu.
Padahal, AS sudah lama keberatan bila OPEC+ memangkas produksi minyaknya karena khawatir harga minyak bakal melambung.
AS menuduh Arab Saudi condong ke Rusia. Riyadh juga menolak pembatasan yang diberlakukan Barat pada harga minyak Rusia karena invasi ke Ukraina. (kompas.com/Gun)