MANDIRI: Heri bersama motor modifikasi tambal ban kelilingnya di wilayah Rantau Kabupaten Tapin - Foto Dok Aboe |
TOPRILIS.COM, KALSEL- Profesi yang sering dianggap remeh tapi sangat diperlukan saat kondisi genting. Itulah profesi Tukang Tambal Ban.
Biasanya saat ban motor atau mobil mengalami kebocoran di jalan, kita tentu sangat berharap ada Tukang Tambal Ban hadir disekitar kita. Bahkan kalau pun tidak ada, kita rela berjalan hingga berkilo-kilo hanya untuk menemukan mereka.
Profesi ini lah yang kini sedang digeluti oleh Heri. Memulai profesi ini sejak tahun 2008 lalu, Heri kini membuka usaha tambal bannya di sekitar Mesjid Raya Nurul Falah, Rantau, Kabupaten Tapin.
Uniknya tidak seperti usaha tambal ban lainnya yang rata-rata membuka lapak, Hery justru membuka usaha ini dengan menggunakan motor modifikasinya. Jadi semua peralatan tambal ban ada dalam bagian belakang motornya yang ditaruh dalam sebuah keranjang yang sudah dimodifikasi.
Cara ini dilakukannya bukan tanpa alasan, karena selain nongkrong di sekitar Mesjid Raya Nurul Falah, Rantau, Kabupaten Tapin, untuk menawarkan jasanya. Ia juga membuka jasa tambal ban secara keliling bagi mereka yang memerlukan.
“Jadi kalau terjadi kebocoran ban di suatu tempat, bisa saja langsung telpon saya di nomor 0822 44 54 3727. Saya pun bisa langsung kesana dengan motor modifikasi ini untuk menambal ban konsumen yang memerlukan,” ungkapnya.
Berkat cara ini lah ia mengaku banyak mendapat langganan. Bahkan bicara omset ternyata cukup menjanjikan. Ia mampu memperoleh pendapatan hingga Rp100 – Rp200 ribu perharinya.
Pendapatan ini tentunya terbilang lumayan mengingat kalau dikalkulasikan dalam 1 bulan, pendapatannya sudah melebihi gajih Upah Minimum Regional (UMR) Kalsel yang hanya mencapai Rp3 juta lebih.
NONGKRONG: Heri saat nongkrong di sekitar Mesjid Raya Nurul Falah, Rantau, untuk menawarkan jasa tambal ban keliling miliknya - Foto Dok Arief |
Walau diakuinya tambal ban keliling ini merupakan cara yang efektif untuk menemukan banyak pelanggan, dirinya mengaku tetap memiliki banyak kekurangan dari usaha yang dilakukannya ini.
“Yang pertama karena tidak ada lapak, ya kalau panas harus ke panasan, kalau kehujanan harus kehujanan,” ucapnya.
Lalu kendala lainnya ia tidak bisa mengembangkan layanan ke jasa tambal ban mobil. Karena untuk pelaratan tambal ban mobil terlalu besar dan tidak mungkin diangkut menggunakan motor.
“Selain itu juga kalau melayani jasa tambal ban mobil saya juga tidak sanggup modalnya karena terlalu besar. Makanya untuk saat ini saya masih coba bertahan untuk usaha tambal ban motor keliling saja dulu,” tukasnya.(ar/gun)