RAMAI: Ritual maturi dahar yang digelar di even Festival Parang di Museum Wasaka Banjarmasin - Foto Dok Arief |
TOPRILIS.COM, KALSEL- Ritual maturi dahar memang jarang terdengar, bahkan mungkin sebagian masyarakat banjar tidak tahu dengan ritual ini.
Tapi bagi kalangan pecinta benda pusaka di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), ritual ini sering dilaksanakan.
“Kalau di Kalsel ritual ini hampir mirip dengan upacara adat Dayak meratus “menyanggar banua” yang bertujuan untuk membersihkan kampung dari segala hal yang buruk. Namun dalam ritual maturi dahar selain bertujuan untuk tolak bala, juga di barengi dengan prosesi membersihkan berbagai pusaka leluhur,” ungkap Ketua Yayasan Restu Sultan Suriansyah Syarifudin Nur disela kegiatan Festival Parang yang diadakan di Museum Wasaka Banjarmasin yang digelar mulai tanggal 22 – 25 Juli 2023 lalu.
Maturi dahar berasal dari kata ma’aturi yang berarti atur dan dahar yang dalam Bahasa sunda atau pun jawa berarti makan. Sedangkan dalam Bahasa banjar kuno bisa berarti sesajian.
Maturi dahar pada jaman dahulu juga memiliki arti lain yaitu “memberi makan Leluhur” dengan harapan agar para mahluk gaib dan leluhur tidak tidak menganggu ketenangan dan ketentraman.
BANYAK: Aneka kue lokal yang selalu dihadirkan dalam ritual maturi dahar - Foto Dok Arief |
Seiring masuknya Islam ke kerajaan banjar, ritual maturi daha di sesuaikan dengan ajaran syariat islam. Yaitu di isi dengan shalawat dan doa kepada Allah SWT, sesajen berupa 41 macam kue khas banjar yang biasanya di larung, lalu makanan tersebut dinikmati bersama selesai berdoa.
“Dalam prosesnya, jika ada pusaka leluhur yang perlu di ikutsertakan, maka puasaka yang biasanya berupa keris, tombak, mandau atau pun senjata lainnya di bersihkan dengan air kembang. Lalu di keringkan untuk kemudian di asap atau istilah local di rabun dengan dupa dari kayu gaharu, kemudian di bacakan dzikir, tahlil dan doa arwah untuk para leluhur pemilik pusaka yang sudah wafat,” tukasnya.(ar/gun)