Kinerja Perekonomian Indonesia Positif Ditengah Kontraksi Ekonomi Global

 

KINERJA POSITIF: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada konferensi pers APBN KiTa, Jumat (11/08/2023) -Foto dok kemenkeu.go.id
 

TOPRILIS.COM, JAKARTA - Di tengah perekonomian dunia yang melambat, perkembangan ekonomi Indonesia terkini menunjukkan tanda-tanda positif yang menggembirakan. Peningkatan konsumsi rumah tangga dan aktivitas manufaktur yang terus berkembang telah menjaga Indonesia tetap mampu mencatatkan pertumbuhan yang relatif stabil dan berkelanjutan.

“Indonesia sendiri masih dalam posisi PMI yang ekspansif dan bahkan cenderung menguat yaitu 53,3,” terang Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati pada konferensi pers APBN KiTa, Jumat (11/08/2023) secara online.

Menkeu menambahkan bahwa ditengah kontraksi ekonomi dunia, hanya ada 18,2% negara yang mencatatkan PMI manufakturnya ekspansif dan sekaligus menguat, termasuk diantaranya Indonesia, India, Filipina dan Meksiko.

“Minggu lalu, BPS telah menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia dalam posisi yang cukup baik. Pertumbuhan ekonomi kita di 5,17% kalau pakai satu digit berarti menjadi 5,2%. Ini di atas ekspektasi dari mayoritas para analis pasar yang memprediksikan perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh namun tidak setinggi di 5,17. Ini artinya cukup baik,” lanjut Menkeu.

Menkeu melanjutkan bahwa APBN terus bekerja untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika dilihat dari komposisi pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua ini, konsumsi rumah tangga tumbuh dengan 5,2%. Ini lebih kuat dibandingkan Q1 yang 4,5%.

Menurut Menkeu, ada beberapa faktor yang pengaruhi oleh APBN dari konsumsi rumah tangga. Inflasi yang rendah karena APBN ikut bekerja bersama-sama dengan Bank Indonesia untuk menjaga inflasi supaya terus menurun sehingga menyebabkan daya beli masyarakat tetap terjaga atau bahkan menguat. Selain itu, APBN juga bekerja untuk membantu masyarakat terutama yang paling rentan 40% terbawah dengan belanja-belanja bantuan sosial dan bantuan kepada masyarakat. Hal ini juga turut meningkatkan daya beli dan juga konsumsi masyarakat terutama kelompok yang paling rentan.

Kemudian, APBN juga memberikan THR gaji ke-13 pada Q2 ini dan juga belanja yang dilakukan oleh pemerintah baik untuk persiapan Pemilu, penyelenggaraan ASEAN Chairmanship, pelayanan birokrasi dan investasi baik itu di proyek strategis nasional, IKN, dan pemeliharaan aset negara.

“Ini semuanya belanja negara yang jumlahnya sangat signifikan, sangat menentukan dan mempengaruhi kinerja growth terutama dari sisi permintaan. Konsumsi rumah tangga di 5,2%, konsumsi pemerintah tumbuh 10,6% di kuartal kedua. Kedua hal ini konsumsi rumah tangga dan pemerintah itu menjelaskan 60,8% dari total GDP nasional,” tukas Menkeu.

Dalam situasi ekonomi global yang melambat dan dinamika geopolitik yang masih terus bergejolak, APBN 2023 bertekad untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan melaksanakan agenda prioritas nasional. Tujuannya adalah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.(kemenkeu.go.id/gun)

Lebih baru Lebih lama