BAHAN BAKAR: Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan ingin membuat bahan bakar pesawat atau avtur dari minyak jelantah - Foto Net. |
TOPRILIS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan ingin membuat bahan bakar pesawat atau avtur dari minyak jelantah.
Karena itu, Luhut turun tangan dengan memimpin Rapat Rancangan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Industri Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia.
Ia pun menargetkan SAF bisa diluncurkan paling lambat September mendatang dalam acara Bali International Air Show 2024.
SAF merupakan bahan bakar pesawat yang lebih ramah lingkungan yang dibuat dari campuran bahan bakar jet konvensional dan bahan pencampur berkelanjutan. Ada tujuh sumber utama bahan baku SAF, termasuk minyak goreng bekas.
Menurutnya, hal itu sudah dilakukan di beberapa negara seperti Malaysia dan Singapura.
Luhut menjelaskan pengembangan industri SAF penting karena Indonesia diprediksi akan menjadi pasar aviasi terbesar keempat di dunia dalam beberapa dekade ke depan dengan asumsi kebutuhan bahan bakar mencapai 7.500 ton liter hingga 2030. Apalagi, Pertamina juga sudah melakukan uji coba statis SAF untuk digunakan pada mesin jet CFM56-7B.
"Hal ini membuktikan bahwa produk mereka layak digunakan pada pesawat komersil," katanya.
Luhut mengatakan Indonesia memiliki potensi pasokan satu juta liter minyak jelantah setiap tahun, di mana 95 persen diekspor ke beberapa negara.
Penjualan SAF baik secara domestik maupun ekspor, sambung Luhut, akan menciptakan keuntungan lebih dari Rp12 triliun per tahun.
Selain itu, pengembangan industri SAF juga akan menjadi pintu masuk investasi kilang biofuel lebih lanjut dari swasta maupun BUMN.
SAF, katanya, menjadi solusi untuk mengurangi emisi karbon akibat aktivitas penerbangan. Berdasarkan berbagai data dan kajian, Luhut menyimpulkan bahwa SAF adalah solusi paling efektif untuk mewujudkan masa depan penerbangan yang ramah lingkungan di Indonesia.
Luhut mengatakan SAF bukan hanya inovasi semata tetapi juga komitmen dalam upaya mengurangi emisi karbon global.(CNN Indonesia/elh)
Karena itu, Luhut turun tangan dengan memimpin Rapat Rancangan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Industri Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia.
Ia pun menargetkan SAF bisa diluncurkan paling lambat September mendatang dalam acara Bali International Air Show 2024.
"Pernahkah terpikirkan bahwa minyak jelantah atau used cooking oil dapat menjadi bahan bakar untuk industri aviasi atau penerbangan?" tulis Luhut di akun instagramnya @luhut.pandjaitan, Rabu (29/5).
SAF merupakan bahan bakar pesawat yang lebih ramah lingkungan yang dibuat dari campuran bahan bakar jet konvensional dan bahan pencampur berkelanjutan. Ada tujuh sumber utama bahan baku SAF, termasuk minyak goreng bekas.
Menurutnya, hal itu sudah dilakukan di beberapa negara seperti Malaysia dan Singapura.
Luhut menjelaskan pengembangan industri SAF penting karena Indonesia diprediksi akan menjadi pasar aviasi terbesar keempat di dunia dalam beberapa dekade ke depan dengan asumsi kebutuhan bahan bakar mencapai 7.500 ton liter hingga 2030. Apalagi, Pertamina juga sudah melakukan uji coba statis SAF untuk digunakan pada mesin jet CFM56-7B.
"Hal ini membuktikan bahwa produk mereka layak digunakan pada pesawat komersil," katanya.
Luhut mengatakan Indonesia memiliki potensi pasokan satu juta liter minyak jelantah setiap tahun, di mana 95 persen diekspor ke beberapa negara.
Penjualan SAF baik secara domestik maupun ekspor, sambung Luhut, akan menciptakan keuntungan lebih dari Rp12 triliun per tahun.
Selain itu, pengembangan industri SAF juga akan menjadi pintu masuk investasi kilang biofuel lebih lanjut dari swasta maupun BUMN.
SAF, katanya, menjadi solusi untuk mengurangi emisi karbon akibat aktivitas penerbangan. Berdasarkan berbagai data dan kajian, Luhut menyimpulkan bahwa SAF adalah solusi paling efektif untuk mewujudkan masa depan penerbangan yang ramah lingkungan di Indonesia.
Luhut mengatakan SAF bukan hanya inovasi semata tetapi juga komitmen dalam upaya mengurangi emisi karbon global.(CNN Indonesia/elh)
Tags
Bisnis