Sertifikat Tanah Boleh Disekolahkan, Asal Untuk Modal Usaha

INGATKAN: Jokowi ingatkan masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan sertifikat tanah sebagai jaminan pinjaman bank - Foto Net.

TOPRILIS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengingatkan kepada masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan sertifikat tanah sebagai jaminan pinjaman bank. Dia meminta uang hasil pinjaman bank dari jaminan sertifikat tanah dipergunakan seluruhnya untuk modal usaha.

Jokowi menekankan jangan sampai hasil jaminan sertifikat tanah itu uangnya digunakan untuk membeli kebutuhan konsumtif apalagi beli barang mewah.

Hal ini diungkapkan Jokowi saat membagikan 10.300 sertifikat redistribusi tanah di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (30/4/2024).

"Saya titip itu, ini disekolahkan untuk jaminan ndak apa-apa, jadi agunan ke bank mboten nopo-nopo cuma dapat uang pinjaman 100% untuk modal usaha," tegas Jokowi dalam sambutannya.

Jokowi mengaku tak melarang masyarakat untuk menggunakan sertifikat tanah sebagai agunan bank. Hanya saja dia mewanti-wanti jangan sampai digunakan untuk membeli hal yang bersifat konsumtif apalagi barang-barang mewah.

Misalnya, saja berhasil mendapatkan pinjaman Rp 30 juta dengan mengagunkan sertifikat tanah. Hendaknya jangan langsung dibelikan motor seharga Rp 15 juta. Namun, dijadikan modal usaha.

Nah, ketika usahanya menguntungkan, Jokowi mengatakan baru lah si peminjam bisa membeli berbagai barang. Mulai dari televisi hingga kendaraan baru

"Misalnya dapet Rp 30 juta itu pinjeman alhamdulilah, alhamdulilah iya pegang uang. Tapi jangan lirik tonggone sepeda motornya kok baru, Rp 15 juta ikutan beli sepeda motor, tinggal Rp 15 juta buat kerja, mboten mungkin saget nyicil sampeyan," beber Jokowi.

"Kalau sudah berusaha dapat untung ditabung silakan beli kulkas baru, tivi gede, mau beli sepeda motor dan mobil silakan, tapi dari keuntungan, jangan dari uang pokok pinjaman, mboten saget nyaur panjengenan," pungkasnya.(detik.com/elh)






Muhammad Elhami

“sesobek catatan di antara perjalanan meraih yang kekal dan memaknai kesementaraan; semacam solilokui untuk saling mengingatkan, saling menguatkan, berbagi keresahan dan kegetiran, keindahan dan kebahagiaan, agar hidup menjadi cukup berharga untuk tidak begitu saja dilewatkan”

Lebih baru Lebih lama