PENDATAAN: Kegiatan inovasi Sibalang Puskesmas Tanah Habang - Foto Dok UPTD Puskesmas Tanah Habang. |
TOPRILIS.COM, KALSEL - Dari data hasil capaian indikator dan PRJMN Program Gizi tahun 2021 ditemukan berbagai permasalahan cakupan yang masih belum memenuhi target diantaranya dari total rata-rata 336 balita yang seharusnya dipantau pertumbuhannya setiap bulan pada tahun 2021, hanya 296 balita atau 88,1% yang berhasil dipantau, sedangkan 40 balita lainnya tidak mendapatkan pemantauan rutin karena berbagai alasan seperti kesibukan orang tua dan alasan lainnya.
Kemudian tingginya cakupan balita Weghtaltering (Cakupan Balita yang tidak mengalami kenaikan berat badan sesuai Angka Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM)) Sebanyak 142 balita atau 42,2% dari total 336 balita yang dipantau tidak mengalami kenaikan berat badan sesuai Angka Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM).
Kepala UPTD Puskesmas Tanah Habang, Gusti Rahmiati, Sabtu (17/8/2024) mengatakan, persoalan lainnya adalah terdapat 78 balita atau 27% dari total 336 balita yang dipantau pertumbuhannya mengalami stunting, melebihi target nasional maksimal sebesar 20%
Lalu sebanyak 36 balita atau 12,2% dari total 336 balita yang dipantau mengalami gizi kurang (wasting), melebihi target maksimal nasional sebesar 7,5%, terdapat 73 balita atau 21,7% dari total 336 balita yang dipantau mengalami berat badan kurang (underweight), melebihi target maksimal nasional sebesar 14%.
"Ada lagi dari total 84 ibu hamil yang diukur Lingkar Lengan Atas (LILA), sebanyak 16 ibu hamil atau sekitar 19% mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) dengan nilai LILA < 23,5 cm, kemudian dari 83 ibu hamil yang diperiksa kadar hemoglobin (HB), sebanyak 16 ibu hamil atau 19,3% mengalami anemia (HB<11 mg/dl)," ujarnya.
Lebih lanjut juga mengungkapkan, dari total 82 bayi yang ditimbang berat badannya saat lahir, 5 bayi mengalami BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dengan berat badan kurang dari 2500 gram karena kelahiran prematur dan riwayat kehamilan dengan KEK (Kekurangan Energi Kronik) dan anemia.
Ada juga Praktik Pemberian Makan yang Tidak Sesuai dari hasil pengamatan dan wawancara terhadap ibu balita/pengasuh Praktik pemberian makan pada balita belum sesuai dengan anjuran PMBA (Pemberian Makan Balita dan Anak), dengan orang tua yang lebih sering memberikan makanan cemilan tidak bergizi daripada makanan utama.
Menurutnya, hal ini menyebabkan balita susah makan dan mengalami penurunan berat badan atau kenaikan berat badan yang tidak sesuai dengan KBM.
"Dari hasil pengamatan dan wawancara terhadap ibu balita/pengasuh yang telah dilakukan, terungkap bahwa praktek pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) kepada balita dan anak belum sesuai dengan anjuran Pemberian Makan Pada Balita Dan Anak (PMBA). Selain itu, terdapat kecenderungan pola asuh yang tidak tepat, dimana orang tua cenderung lebih sering memberikan makanan cemilan seperti kerupuk dan makanan ringan manis serta gurih, dibandingkan memberikan makanan utama yang seharusnya, yang mengakibatkan sulitnya balita dalam menerima makanan utama dan mengalami masalah penurunan berat badan atau kenaikan berat badan yang tidak sesuai dengan Angka Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM). Jika tidak ditangani dengan segera dan berkelanjutan, kondisi ini dapat berakibat pada kasus gizi kurang dan stunting pada balita," jelasnya.
Kemudian ia juga mengungkapkan dari hasil pengamatan dan wawancara terhadap ibu balita/pengasuh yang telah dilakukan, terungkap bahwa praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih sangat kurang diterapkan. Hal ini tercermin dari penggunaan air sungai secara langsung tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu, terutama untuk ibu hamil, bayi, dan balita. Praktik ini sering kali menyebabkan kasus diare, yang pada gilirannya mengakibatkan balita mengalami kesulitan dalam peningkatan berat badan secara berkelanjutan. Jika tidak ditangani dengan segera, kondisi ini dapat berpotensi menyebabkan kasus gizi kurang dan stunting pada balita
Persiapan lainya lagi adalah Keterlambatan Pelaporan, Proses pelaporan manual membutuhkan waktu lama, menyebabkan keterlambatan dalam penerimaan dan analisis data, serta mengakibatkan intervensi kesehatan yang tidak tepat waktu dan kurang efektif, kemudian kurangnya Integrasi Sistem Informasi:
"Sebelum adanya Inovasi Sibalang (Sistem Informasi Ibu Hamil Dan Balita Tanah Habang), sistem informasi kesehatan ibu hamil dan balita tidak terintegrasi dengan baik, menyebabkan data tersebar di berbagai platform tanpa efisiensi sehingga minimnya penyuluhan dan edukasi mengenai gizi dan kesehatan menyebabkan rendahnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi yang baik bagi ibu hamil dan balita," katanya.
Inovator Sibalang, Helnida Wati menjelaskan, bahwa hadirnya inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja Puskesmas Tanah Habang dalam pemantauan dan penanganan kasus stunting, meningkatkan angka kepuasan masyarakat (SKM) terhadap pelayanan Puskesmas Tanah Habang, meningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhan balita dan kesehatan ibu hamil, sehingga lebih banyak individu yang mendapatkan pemantauan rutin dan intervensi yang dibutuhkan.
"Kemudian juga untuk meningkatkan status gizi balita dan ibu hamil terutama dalam upaya percepatan penurunan stunting melalui 1000 HPK, meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya gizi yang baik dan praktik pemberian makanan yang tepat, serta mendorong perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui edukasi dan sosialisasi yang lebih intensif," ujarnya.
Adapun tujuan lainnya yaitu memperkuat sistem informasi kesehatan yakni mengintegrasikan data kesehatan ibu hamil dan balita di seluruh posyandu dalam satu sistem yang terpusat dan mudah diakses sehingga mempercepat Intervensi Gizi dan memfasilitasi koordinasi yang lebih baik antara posyandu, puskesmas, dan dinas kesehatan dalam menangani masalah gizi dan kesehatan.
"Alhamdulillah sejak diujicoba 1 Januari 2022 melalui inovasi ini diperoleh data peningkatan cakupan partisifasi masyarakat dari tahun 2021 sebesar 88,1%, tahun 2022 terjadi peningkatan menjadi 95,8%, dan tahun 2023 cakupan meningkat lagi menjadi 100%, ini menandakan bahwa seluruh sasaran bayi dan balita telah melaksanakan pemantauan pertumbuhan rutin setiap bulan," jelasnya.
Kemudian adanya penurunan Kasus Stunting, tahun 2021 angka stunting sebesar 27%, tahun 2022 terjadi penurunan menjadi 21%, tahun 2023 angka stunting menurun lagi menjadi 15,4%.
Lalu penurunan Kasus Balita Wasting (Gizi Kurang) dimana tahun 2021 angka Wasting sebesar 12,2%, Tahun 2022 terjadi penurunan menjadi 11,8%, tahun 2023 angka Wasting menurun lagi menjadi 10,4%.
"Penurunan Kasus Balita Underweght (Berat Badan Kurang) dari tahun 2021 angka Wasting sebesar 21,7% tahun 2022 terjadi penurunan menjadi 11,9% namun, pada tahun 2023, angka Wasting mengalami peningkatan menjadi 12,3% akibat meningkatnya kasus diare dan ispa di wilayah Tanah Habang, yang menyebabkan banyak balita mengalami penurunan berat badan dan mempengaruhi status gizi, terutama Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)," ungkapnya.
Adanya inovasi ini juga berhasil meningkatkan angka kepuasan masyarakat (SKM) terhadap pelayanan Puskesmas Tanah Habang kemudian terintegrasinya Data Kesehatan Ibu Hamil dan Balita
Sebanyak 345 data balita dari 10 pos posyandu yang tersebar di tujuh desa wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanah Habang telah terintegrasi ke dalam satu aplikasi SIBALANG
Sebanyak 17 data ibu hamil dari 10 pos posyandu yang tersebar di tujuh desa wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanah Habang telah terintegrasi ke dalam satu aplikasi SIBALANG
"Melalui inovasi ini juga data balita dan ibu hamil akan tersedia real time setelah kegiatan posyandu selesai pada hari yang sama sehingga pemantauan status gizi serta intervensi gizi yang perlu dilakukan dapat segera dilaksanakan," pungkasnya.(rls/elhami)
Tags
Balangan