148 Negara Komitmen Pangkas Emisi CO2 Industri Penerbangan

DISKUSI: Diskusi pengembangan industri bahan bakar penerbangan berkelanjutan dalam acara perhelatan Bali international Air Show (BIAS) 2024 - Foto Net.

TOPRILIS.COM, JAKARTA - Salah satu fokus dalam Bali international Airshow (BIAS) 2024 adalah komitmen industri penerbangan terhadap komitmen rendah karbon. Oleh karena itu, ajang industri aviasi internasional ini dibuka dengan diskusi pengembangan industri bahan bakar penerbangan berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel atau SAF).

Diskusi yang bertajuk “Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel (SAF)” ini mengeksplorasi perspektif global dan regional mengenai potensi kolaborasi dalam mengembangkan industri SAF, termasuk pandangan pelaku usaha di dunia penerbangan.

Dalam diskusi tersebut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyoroti peta jalan dan rencana aksi kebijakan SAF oleh Indonesia.

“Melalui roadmap ini, Indonesia berkomitmen untuk mempercepat adopsi teknologi berkelanjutan di sektor penerbangan dan menarik investasi guna mengurangi emisi karbon,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (18/9/2024).

Menko Luhut juga menambahkan bahwa inisiatif ini sejalan dengan target global, dimana terdapat 148 negara yang telah menyerahkan aksi untuk mengurangi emisi CO2 penerbangan kepada Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), mendukung target ambisius mencapai emisi net-zero pada tahun 2050.

Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha di PT Pertamina, Salyadi Saputra, juga menekankan bahwa SAF adalah solusi utama untuk proses dekarbonisasi di sektor penerbangan.

“Permintaan SAF secara global akan terus meningkat, dan Pertamina sudah giat mengeksplorasi feedstock yang dapat diolah untuk dijadikan bahasan dasar SAF. Kami percaya SAF akan memiliki performa baik di pasar global sehingga menjadikannya economically feasible.” jelasnya.(liputan6.com/elh)

Muhammad Elhami

“sesobek catatan di antara perjalanan meraih yang kekal dan memaknai kesementaraan; semacam solilokui untuk saling mengingatkan, saling menguatkan, berbagi keresahan dan kegetiran, keindahan dan kebahagiaan, agar hidup menjadi cukup berharga untuk tidak begitu saja dilewatkan”

Lebih baru Lebih lama